Kenyang tak lebih bernilai dari pada lapar


Seringkali ketika berada di depan makanan, hal yang pertama yang menjadi target adalah kenyang. Apalagi jika perut sudah 5 jam lebih tidak diisi, sepiring nasi pun kadang belum cukup untuk meredakan asam lambung yang seakan melelehkan perut.
Definisi kenyang menurut kondisi perut adalah tidak adanya sisa ruang di dalam lambung untuk menampung makanan, namun jika makanan sudah antri di luar lambung maka yang terjadi adalah kekenyangan.

Coba kita bayangkan jika mata dapat melihat ke dalam lambung yang berisi makanan, mungkin selera makan akan menurun drastis apalagi kalau hidung bisa mencium baunya, perut justru bisa kosong karena arus balik.
Alhamdulillah Allah Subhanahuwata'ala tidak menakdirkan manusia mampu mengalami hal seperti itu.

Perut yang kenyang akan mengalami kesulitan dalam proses pencernaan makanan karena lambatnya pergerakan lambung dalam mencerna, sehingga jumlah sari pati makanan yang dapat dibawa oleh darah tidak maksimal.

Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam telah mengajarkan kita untuk makan tidak sampai kenyang, dan berhenti ketika lapar sudah minggat.
Ketika bulan suci Ramadhan pun kita diwajibkan berpuasa sebulan penuh, dan itu artinya lapar akan senantiasa menemani kita sampai adzan Maghrib berkumandang.
  • Lapar memang tidak menyenangkan tetapi banyak sekali pahalanya ketika dilakukan pada saat yang tepat selama sesuai ajaran Islam, jika dilakukan tanpa tuntunan sunnah, maka itulah yang disebut kelaparan yang sia-sia.
  • Berhenti makan sebelum kenyang memang tidak memuaskan dan begitu berat dilakukan namun berpahala sunnah dan bermanfaat bagi kesehatan.
  • Kenyang memang menyenangkan dan begitu mudah dilakukan selama masih tanggal baru namun pahalanya nihil dan mengundang penyakit.