Dunia diusahakan yang terbaik, tapi akhirat kalau bisa seperlunya



Berbagai pusat perbelanjaan dalam skala besar bermunculan, diringi budaya belanja merasuki masyarakat yang tidak mengenal batas usia, dari anak-anak hingga dewasa. Barang elektronik, fashion, dan otomotif adalah komoditi yang paling digandrungi.
Inilah bukti yang sangat nyata bahwa dalam hal dunia manusia tidak pernah puas dan selalu mencari yang paling baru karena persaingan trend dan gaya hidup yang serba mewah, apalagi untuk sesuatu yang tidak dibutuhkannya.

Mungkin secara tidak sadar seseorang bisa terjerumus dan ikut-ikutan dengan budaya tersebut, sehingga ia lupa daratan dan akhirnya tenggelam dalam hingar bingar keramaian produk-produk yang serba mewah dan tentunya mahal.
Lebih menyedihkan lagi jika orang yang terpengaruh memiliki kelas ekonomi menengah kebawah. Keuangan yang sempit, ditambah sempit lagi dengan pemenuhan gaya hidup yang serba update yang akhirnya dicicil jika tidak ada ruang lagi.
Sementara disibukkan dengan kebutuhan dunia, akhirnya kebutuhan akhirat dipinggirkan, dan dinomor duakan. Hingga untuk berjalan ke Masjid pun, perlu puluhan perhitungan dan pertimbangan sedangkan untuk urusan dunia mungkin  tidak lebih bahkan kurang dari lima perhitungan.
Waktu pun menjadi sangat berharga, tapi waktu untuk dunia lebih tinggi harganya dibandingkan sedikit waktu untuk akhirat.
Agar terhindar dari kondisi tersebut, hendaknya seorang muslim senantiasa memelihara sifat qana'ah, yang telah dicontohkan oleh para salafus sholeh dan para ulama Ahlussunnah wal Jama'ah.
Selain itu seorang muslim harus peka terhadap keadaan ummat saat ini, dimana ummat Islam mulai diperangi dengan cara yang halus. Bahkan di belahan dunia yang lain ummat Islam dianiyaya dan diusir dari tanah kelahiran mereka.
Seharusnya seorang muslim sadar dan tidak pura-pura buta melihat kondisi tersebut, karena ummat muslim itu bersaudara. Sehingga tidaklah hatinya akan tenang sebelum lenyapnya penderitaan dan kesulitan saudaranya. Sebagaimana tubuh, jika salah satu bagiannya disakiti, maka bagian yang lain akan merasakan sakitnya.
Jika tidak mampu melangkahkan kaki dan menggerakkan tangan untuk menegakkan panji-panji Islam, setidaknya hati masih berteriak dan masih basah dengan siraman-siraman ilmu dan itu adalah  serendah-rendahnya Iman.