Wajibnya Menuntut Ilmu

 

Yang Mana ?

Ilmu secara bahasa memliki definisi yang sangat luas, bisa saja ilmu itu diartikan pengalaman dan pengetahuan seseorang selama ia hidup. Dimana ilmu tersebut sangat terbatas dan dapat pula dibagi menurut tujuan dan manfaatnya. Namun jika mencakup seluruh nilai-nilai kehidupan manusia dan alam semesta sesungguhnya ilmu itu tidak akan cukup untuk dituangkan dalam media apapun.



(1) Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)".(Al-Kahfi:109)

(2) Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Luqman:27) 


Ada pula yang mengambil dalil-dalil tentang kewajiban menuntut ilmu kemudian digunakan untuk menguatkan definisi ilmu yang telah disebutkan diatas, tanpa memahami dan menelusuri seluruh dalil yang menjelaskan lebih rinci tentang ilmu itu sendiri. Sehingga ilmu itu diartikan secara luas, yang mengakibatkan ilmu yang wajib tidak lagi diutamakan.

Dan orang-orang yang diberi ilmu (Ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itulah yang benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (Saba':6)

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguh-nya tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu’min, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu” (QS. Muhammad :19)


Didalam ayat ini Allah سبحانه وتعلى mendahu-lukan perintah berilmu sebelum berkata dan berbuat.

Ilmu yang sebenarnya adalah apa dibawa oleh Rasullullah Shallallahu'alahiwasallam, yaitu Al-Qur'an dan Al-Hadits. Ilmu tersebut telah lengkap dan tidak perlu ada penambahan lagi atasnya, dapat diterima dengan mudah oleh akal pikiran manusia karena sesuai dengan fitrah (sifat dasar) manusia.

Untuk Apa ?

Jika kita telah mengetahui tentang ilmu yang wajib dicari, maka mungkin akan timbul pertanyaan mengapa ilmu tersebut harus dicari? Sedangkan banyak pengetahuan lain yang lebih bermanfaat bagi kehidupan kita, daripada membuang-buang waktu untuk mencari ilmu yang sudah pernah dipelajari dari bangku SD sampai Perguruan Tinggi.

Jawabannya adalah karena jika hanya berbekal dengan pengetahuan duniawi saja maka kita tidak ubahnya sama dengan manusia yang kehilangan arah dan tersesat dalam kegelapan. Apalagi ilmu yang pernah kita pelajari hanya sejengkal dari jutaan jengkal ilmu yang masih menunggu untuk dicari, dipelajari dan dipahami.

Tanpa ilmu maka bisa jadi kita menjadi bagian dari aliran sesat dan menyesatkan yang juga menyerukan kebaikan dengan hiasan dari Al Qur'an dan Hadist akan tetapi maknanya dikaburkan dan dipelesetkan sehingga dengan mudahnya akal kita terjerumus kedalam gelapnya jurang kesesatan.

Akan sangat mudah membedakan antara yang sesat dan ajaran Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam jika kita telah memiliki bekal ilmu yang tidak sedikit, apalagi jika kita telah mengikuti jalan Rasulullah dan para sahabat yaitu Ahlussunah wal Jama'ah. Dan tentunya dengan berserah diri dan tidak meninggalkan shalat 5 waktu serta banyak memohon kepada Allah Subhanahuwata'ala agar kita senantiasa diberi petunjuk.